Budaya Melayu Sambas




Dinas pemuda olahraga dan pariwisata ( DISPORA ) 
Kabupaten sambas, KALBAR
Menghimpun Khazanah Seni Tradisional Sambas

“ Silat Otar – Otar”
Silat Otar – otar adalah seni olahraga yang sudah ada sejak zaman kerajaan Sambas yang berada di Dusun Kota Lama, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Dengan rajanya yang terkenal dalam catatan sejarah yaitu Ratu Sepudak. Otar – otar pada masa kerajaan merupakan olahraga beladiri yang dimainkan oleh para prajurit dan para pengawal kerajaan dan sampai saat ini masih dilestarikan masyarakat kota lama. 
      Secara hierarki otar otar diciptakan oleh “Bujang Neker” yaitu pada tahun 1762.  Otar - otar merupakan hasil gabungan silat, kuntau dan tari yang pada waktu itu sudah ada di masyarakat. Menurut cerita, nama silat ini merupakan hasil semedi dihutan selama beberapa hari. Oleh sebab itu Bujang Neker pun teringat dengan tameng yang dipakai oleh pengawal Ratu Sepudak yang dilengkapi dengan tombak, karena tameng pada waktu itu dapat diputar-putar. Saat itulah silat hasil karyanya diberi nama silat otar – otar . 
     
       Tameng yang dapat berputar – putar ditangan oleh Bujang Neker dijadikan benda yang dapat melekat di tangan dengan 2 buah besi yang berbentuk setengah lingkaran. Dalam melaksanakan permainan silat otar – otar selain dilengkapi dengan tameng pemain juga dilengkapi dengan rotan sebagai alat pemukul dan untuk menyemarakkan tarian permainan diiringi dengan tabuhan gendang, gong, disertai dengan pembacaan mantra-mantra. 
      
       Karena itulah, masyarakat setempat tetap meyakini bahwa Otar-otar bukan semata-mata seni pertunjukan, malainkan bisa menjelma olahraga beladiri. Tentu dengan syarat jika para pemain telah benar-benar menguasai perpaduan silat dan tarian tersebut. Begitu juga ketika melakukan pertunjukkan, pemainnya sudah dibekali dengan mantra. Sehingga gerak dan langkah tari bergerak dengan sendirinya tanpa kendali pemain. Tidak sembarang pemain bisa menerima mantra karena hanya pemain yang memiliki jiwa bersih yang bisa menerima mantranya.

      Dinas Pemuda, Olahraga dan pariwisata ( Dispora ) melalui bidang pariwisatanya
sengaja dipertontonkan Silat Otar -otar  untuk menyambut 23 rombongan mahasiswa Strata Dua (S2) Universiti Malaya,Kuala Lumpur, Malaysia di tanah lapang Taman Makam Ratu Sepudak, Sabtu ( 13/6).


Satu di antara mahasiswa Malaysia berasal dari Korea Selatan dan Brunai Darussalam yang tertarik mendalami kebudayaan Melayu Indonesia-Malaysia.

       Mereka sengaja datang dengan tujuan untuk melakukan penelitian dan pengkajian seni budaya Melayu Sambas. Dari lima jurusan yang ada di kampusnya, yakni bahasa, sastra Melayu, lingusitik, sosio budaya dan kesenian Melayu. Rombongan dipimpin langsung Dr Sumarsono, dulu ia dosen Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Tari itu sengaja diperagakan pemainnya untuk mengenalkan kepada mahasiswa Malaysia untuk tradisi seni tari masyarakat Kota Lama.
        
        Menurut cerita Kepala Dusun Kota Lama dulunya sebutan Desa Ratu Sepudak karena ada seorang ratu keturunan Majapahit bernama Ratu Sepudak pada (1609) datang ke Kota Lama dari utusan Raden Sulaiman merupakan anak dari Raja Tengah menikah dengan putri Raja Tanjungpura bernama Ratu Surya.Sehingga pada jaman itu, Kota Lama adalah sebuah kerajaan. Dan tari Otar- Otar sejak dulunya memang sering diperagakan masyarakat untuk mengisi acara kerajaan. Seperti acara pernikahan anak raja, dan acara besar lainnya.
      
        Namun, seni pertunjukan ini sudah mulai jarang dimainkan di Dusun Kota Lama. Sebab para pemudanya telah banyak terpengaruh oleh derasnya hujan teknologi. Hanya tinggal para orang-orang tua yang masih setia memainkannya dengan alat musik dan kostum seadanya. Mereka para orang tua masih memiliki kesadaran bahwa Otar-otar merupakan warisan leluhur yang harus terus dipertahankan.
Padahal seni pertunjukan Otar-otar tersebut memiliki makna folosofi yang sangat mendalam, yakni membela diri ketika mendapat serangan dari musuh. Di samping, itu seni Otar-otar merupakan kekayaan budaya Nusantara yang dikreasi oleh masyarakat Sambas yang kreatif. Sebagai orang Indonesia, sudah waktunya kita semua lebih peduli terhadap warisan para leluhur kita semua. 

        Barangkali hasil kunjungan mahasiswa Malaysia dapat memberikan masukan dan manfaat mempertahankan tradisi seni tari Ratib Saman dan seni tari lainnya. Dan menjadikan referensi mereka untuk mengkaji dan mengabadikan seni tari mereka di Malaysia, kata Hamdan.Sementara ketua regu mahasiswa Malaya, Amin mengatakan kekaguman dari rangkaian kunjungan di Sambas, mulai dari keramahtamahan masyarakat hingga sambutan yang didapat.

       Seperti sambutan pagelaran tari di Desa Kota Lama dan Sebadi. Begitu juga dengan jamuan makannya. “Sungguh luar biasa, “ katanya. Karena sama sekali tidak mengira bahwa masyarakat dan Pemkab Sambas menyambut mereka dengan begitu hangatnya, kata Amin.Rencananya hasil rangkaian kunjungan ini akan dibuat referensi berbentuk buku tentang kebudayaan Sambas, nantinya akan digarap oleh teman mahasiswa Universiti Malaya bersama dosen pembimbing. Setelah itu hasilnya akan dibagikan kepada masyarakat Pemkab Sambas, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Sambas, yang turut berperan besar mensukseskan kunjungan mereka. 

      Tinggal kita tunggu saja “action” dari mahasiswa peneliti daerah kita yang ingin mengkaji budaya Melayu Sambas, kapan memulainya? jika tidak ingin kebudayaan kita hanya bisa diketahui lewat negara lain.

Komentar